Mutu Limbah Cair Industri Tekstil

Limbah cair industri merupakan persoalan yang menjadi pusat perhatian sejak sebagian th. terakhir, khususnya untuk limbah cair industri tekstil. Dalam upaya penanggulangannya, pemerintah sesuaikan baku mutu air limbah yang tercantum didalam Peraturan Kementerian Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2014 mengenai Baku Mutu Air Limbah.

Adapun parameter baku mutu limbah cair tekstil meliputi Biochemical Oxygen Demand (BOD5), Chemical Oxygen Demand (COD), Total Suspended Solid (TSS), total fenol, total krom (Cr), total ammonia (NH3-N), sulfida, minyak dan lemak, pH, dan batas maksimum debit air limbah dengan menggunakan Flow Meter Air Limbah. Oleh gara-gara itu, pemantauan pada parameter parameter berikut mutlak untuk dikerjakan agar treatment yang pas mampu diberikan pada limbah sebelum akan limbah dibuang ke lingkungan.

 

Limbah Cair Tekstil

Limbah tekstil (garmen) merupakan limbah yang dihasilkan didalam proses pengkanjian, proses penghilangan kanji, penggelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnaan, pencetakan dan proses penyempurnaan.
Sebagian besar bahan yang terdapat didalam limbah tekstil adalah zat warna, khususnya zat warna sintetik. Pada proses pewarnaan, zat warna yang biasa digunakan pada biasanya tidak dapat masuk seutuhnya kedalam bahan tekstil, agar efluen yang dihasilkan masih mengandung residu zat warna.

Hal inilah yang memicu efluen tekstil menjadi berwarna-warni dan ringan dikenali pencemarannya kalau dibuang langsung ke badan perairan umum. Masalah lingkungan yang utama didalam industri tekstil adalah limbah berasal dari proses pencelupan. Zat warna, logam berat dan konsentrasi garam yang tinggi merupakan polutan air.

Air limbah pencelupan zat warna reaktif biasanya membawa pH tinggi (>9), berwarna tua dan COD (Chemical Oxygen Demand) nya lumayan tinggi. Hal ini disebabkan gara-gara proses pencelupan berikut digunakan alkali untuk proses fiksasi zat warna, agar pH larutan menjadi tinggi.

Warna air limbah yang masih pekat disebabkan gara-gara tidak seluruh zat yang digunakan mampu berdiksasi bersama dengan serat, sedang COD yang lumayan tinggi disebabkan oleh adanya zat-zat organik yang terdapat didalam limbah tersebut, layaknya sisa zat warna, zat pembasah, dan pembantu yang digunakan.

 

Cara Uji Baku Mutu Limbah Cair Tekstil

Ambang batas baku mutu limbah cair industri tekstil yang ditetapkan oleh pemerintah dan tertuang didalam Peraturan Kementerian Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2014 mengenai Baku Mutu Air Limbah
Untuk memastikan bahwa limbah cair yang dapat dibuang ke lingkungan tidak melebihi ambang batas yang ditetapkan oleh pemerintah layaknya yang telah dirincikan didalam Tabel 2, maka mesti dikerjakan uji baku mutu limbah cair industri tekstil.

 

1. Uji BOD5

Pengujian Biological Oxygen Demand (BOD5) adalah pengujian yang membuktikan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan–bahan buangan di didalam air pada hari yang ke-5. Pengujian ini mampu dikerjakan bersama dengan pakai BOD track yang dapat mengukur nilai BOD pada hari ke-5 secara ringan dan akurat.

2. Uji COD, TSS, Total Fenol, Total Krom (Cr), Total Amonia, dan Sulfida

COD merupakan jumlah kebutuhan oksigen didalam air untuk proses reaksi secara kimia peranan menguraikan unsur pencemar yang ada. COD dinyatakan didalam ppm (part per milion) atau ml O2/ liter.

Total Suspended Solid (TSS) merupakan jumlah berat didalam mg/l kering lumpur yang ada didalam airlimbah setelah mengalamipenyaringan bersama dengan membran berukuran 0,45 mikron.

Uji fenol mutlak untuk dikerjakan pada limbah cair industri tekstil gara-gara fenol ringan masuk melalui kulit.Keracunan kritis mengakibatkan gejala gastero intestinal, sukar menelan, dan hipersalivasi, kerusakan ginjal dan hati, serta mampu mengakibatkan kematian), agar sebelum akan limbah cair di membuang kelingkungan, mesti dipastikan bahwa kadar total fenol didalam limbah cair industry tekstil adalah di bawah ambang batas yang ditetapkan.

Krom merupakan keliru satu jenis logam berat kategori sangat beracun yang mampu memicu kematian atau masalah kebugaran yang tidak sembuh didalam jangka selagi singkat.

Selain itu, ammonia adalah penyebab iritasi dan korosi, meningkatkan perkembangan mikroorganisme dan mengganggu proses desinfeksi bersama dengan chlor. Ammonia terdapat didalam larutan dan mampu bersifat senyawa ion ammonium atau ammonia.tergantung pada pH larutan.

Sedangkan Sulfat direduksi menjadi sulfida didalam sludge digester dan mampu mengganggu proses pengolahan limbah secara biologi kecuali konsentrasinya melebihi 200 mg/L. Gas H2S bersifat korosif pada pipa dan mampu mengakibatkan kerusakan mesin.

Pengujian COD, TSS, Total Fenol, Total Krom (Cr), Total Amonia, dan Sulfida mampu dikerjakan bersama dengan pakai spektrofotometer UV/Vis. Pengujian bersama dengan pakai spektrofotometer ini ringan dikerjakan dan mampu menghasilkan hasil yang akurat.3. Pengukuran pH

pH mampu pengaruhi kehidupan biologi didalam air. Bila sangat rendah atau sangat tinggi mampu mematikan kehidupan mikroorganisme. pH normal untuk kehidupan air adalah 6–8.

Pengukuran pH limbah cair industri tektil mampu dikerjakan bersama dengan pakai elektroda pH dan mtr. pengukur pH. Namun, mesti diperhatikan bahwa karakteristik limbah cair industri tekstil yang bervariasi layaknya mengandung senyawa organik, sulfida dan logam berat, maka dibutuhkan elektroda yang memiliki performance tinggi yang spesifik digunakan untuk sampel limbah cair industri tekstil.