Bagaimana Kondisi Sayu dan Bagaimana Kita harus Bersikap ?

Pada dasarnya seluruh anak terlahir tanpa dosa, mereka mulai menekuni kehidupan dengan kertas putih bersih tanpa coretan. Tetapi, yang membantu mengisi kertas tersebut adalah lingkungan sekitar, namun yang mulai mobilisasi penanya untuk pertama kali adalah pemilik kertas tersebut dan terhitung keluarganya.

Kemudian ketika ia sudah mulai pintar menulis sendiri, itulah awal mengisi kisah dari sang penulis tersebut. Memang cerita yang tertera di awal tidak rapi, tapi dengan perlahan mengisi tulisannya mulai semakin rapih sebab perlahan sudah terbentuk bagaimana cara ia untuk menulis.

Tidak menutup kemungkinan terhitung di kala kertas itu mulai terisi dengan rapi, pena yang digunakan untuk menulis tersebut tersenggol oleh problem dari luar, yakni lingkungan. Awal mula kertas tersebut yang terisi rapi, sedikit mulai sedikit kotor akan coretan dari luar. Sang penulis kertas tersebut kelanjutannya tahu bahwa sesuatu dari luar itu terhitung berpengaruh terhadap kisah yang akan ia lanjuti.

Sayu Ogiwara dari anime Higehiro kemungkinan adalah tidak benar satu dari ciri-ciri anime yang ditulis dengan era lalu kelam, entah bagaimana ia mampu jalankan tindakan senekat layaknya itu sampai ia wajib rela tubuhnya disentuh oleh pria asing cuma untuk memperoleh tempat tinggal.

Kita tidak tahu bagaimana era lalu Sayu, apa yang sudah dilewati Sayu sejauh ini. Jika ditelaah, Sayu memang adalah seorang gadis SMA biasa yang tidak membawa skill dan kemampuan bekerja untuk menghidup dirinya sendiri, lebih-lebih ia tidak tahu bagaimana caranya terjun ke masyarakat. Lalu apa yang memang wajib ia lakukan?

Sayu jalankan perihal layaknya ini sebab dilatarbelakangi oleh era lalu yang kelam, hidup di lingkungan toxic membawa dampak mental Sayu Genshin Impact Spiral Abyss drop, dirundung, dan tetap dibandingkan. Nah, ketika ia dijadikan kambing hitam, ia tidak mampu berharap pemberian terhadap siapa-siapa.

Sayu kelanjutannya nekat untuk melarikan diri dari rumah. Awalnya ia mampu hidup sendiri dengan persediaan dan duwit yang ia bawa, tapi dengan tanpa pemasukan, uangnya semakin hari semakin menipis, lalu kelanjutannya ia bersua dengan orang dewasa pertama yang menentukan perilaku Sayu sekarang. Jika saja orang pertama yang ditemui oleh Sayu adalah Yoshida (rumah pria yang kini disinggahi oleh Sayu), kemungkinan Sayu tidak akan jadi layaknya ini.

Pada kelanjutannya Sayu Ogiwara bukanlah gadis penuh dosa layaknya orang katakan, sebab keadaan yang membawa dampak ia terpaksa jalankan tersebut. Melakukan perjalanan dari Hokkaido ke Tokyo seorang diri memang adalah rintangan yang berat sebagai gadis SMA polos yang tidak tahu siklus kehidupan. Mengingat di luar sana memang ada perdagangan manusia, lebih-lebih prostitusi di bawah umur, Sayu hidup dengan keadaan fisik yang tetap sehat itu patut untuk disyukuri. Yang paling penting Sayu tetap ada permintaan untuk hidup walau era depan tak menentu.

Selanjutnya kita mengenal pria yang mengimbuhkan tempat tinggal baru untuk Sayu, Yoshida. Yoshida sendiri adalah sosok pria yang mestinya jadi panutan bagaimana kita wajib bersikap terhadap gadis remaja polos yang tak tahu arah. Kemungkinan kita mampu menemukan orang layaknya Yoshida di kehidupan itu tiga banding sepuluh, yang artinya pria layaknya Yoshida itu memang jarang ditemukan. Memang di luar sana ada yang banyak orang yang mengaku baik layaknya Yoshida, tapi apakah mereka rela mengizinkan orang asing tak dikenal untuk menginap di rumahnya?

Bahkan memang boleh-boleh saja menyimpan kecurigaan, toh kita terhitung tidak mengenal kepribadian asli dari orang asing tersebut bukan? Namun cuma Yoshida yang berani menerima Sayu (walau dalam keadaan mabuk). Usaha yang diberikan Yoshida pun terhitung tidak main-main. Selain mengimbuhkan tempat tinggal untuk Sayu, ia terhitung sedia kan makanan dan kebutuhan gadis SMA terhadap umumnya, layaknya skincare dan lebih-lebih smartphone sekaligus untuk mampu menghubungi Sayu di kala genting.

Kita terhitung diperlihatkan dengan perkembangan ciri-ciri Sayu yang semakin mendekati gadis SMA terhadap umumnya. Jika sebelumnya Sayu tersenyum untuk menutupi kesedihannya, senyuman naturalnya pun mulai lagi perlahan. Dari sini, Yoshida tunjukkan usaha untuk memanusiakan manusia. Bahkan kata-kata mutiaranya pun tetap menempel di dalam kepala, “bukan aku yang baik, mereka saja yang brengsek”.

Sayu Ogiwara sendiri adalah representasi fenomena sosial di kira-kira kita yang dituangkan ke dalam sebuah kisah. Kasus gadis SMA yang kabur dari tempat tinggal tidak cuma terjadi di kisah fiktif saja, di kehidupan Jepang sana persoalan tersebut memang betul adanya. Bahkan tidak usah jauh-jauh ke Jepang, di tanah air pun terhitung ada yang layaknya itu. Prostitusi di bawah umur, hamil sebelum akan waktunya, siswi SMA yang kabur dari rumah, fenomena itu seluruh benar terjadi di kira-kira kita.

Lalu apa peran kita sebagai orang dewasa? Jika tidak mampu mengulurkan tangan ke mereka setidaknya jangan jadi orang yang brengsek. Jika kehidupanmu sudah rusak sebab lingkungan, janganlah turut menyebabkan kerusakan era depan mereka.

Mereka memang tersesat, tidak tahu wajib bagaimana bersikap di masyarakat. Mereka membutuhkan kita sebagai orang dewasa yang wajib menuntun mereka lagi ke jalan yang benar. Peran orang dewasa dan lingkungan memang terlampau berpengaruh terhadap remaja-remaja yang melacak jati diri mereka. Untuk kita yang punyai anggapan matang setidaknya kita mampu jadi lingkungan yang nyaman untuk mereka.

Pada akhirnya, bagaimana kita wajib menyikapi fenomena Sayu Ogiwara yang sedang ramai diperbincangan ini? Walau ia cuman ciri-ciri fiksi, memang tidak baik terhitung untuk melontarkan hujatan kasar terhadap diri Sayu. Betul ia tidak akan membalas balik hujatan kalian, tapi tetap saja cara kalian untuk menyikapi gadis layaknya Sayu bukanlah tindakan yang pas untuk menghujatnya.

Apalagi terkecuali ada persoalan layaknya Sayu di lingkungan sekitar, apakah kita berhak untuk menghakiminya? Semua sepakat terkecuali Sayu bukanlah gadis yang baik. Tetapi berkat Yoshida, Sayu kelanjutannya berusaha untuk menghapus segala coretan kotor untuk jadi pribadi yang lebih baik. Terakhir, bukan artinya sebab kita benar, kita boleh menghujat yang salah. Pada kelanjutannya cuma akan mengundang dendam semata. Jika kedamaian mampu disalurkan lewat hati, memangnya sulit untuk dengan memberi salam dan meluruskan?

About Drajad